Welcome to Mechatronic Engineering
Kamis, 02 Juli 2015
Selasa, 19 November 2013
Sensor dan Cara Kerjanya
Pada kesempatan kali saya
selaku admin dari blog ini akan menyampaikan kepada anda anda semua yang
mencari artikel tentang sensor.pada postingan kemaren saya telah menjelaskan
pengertian sensor .intinya sensor itu merubah sesuatu dengan apapun keadaanya.dan
penggunaannya pun sangat beragam dan bervariasi menurut fungsi dan kegunaannya
berikut akan kami jelaskan macam - macam sensor dan cara kerja
1. Sensor cahaya
Sensor cahaya
terdiri dari 3 kategori. Fotovoltaic atau sel solar adalah alat
sensor sinar yang mengubah energi sinar langsung menjadi energi listrik, dengan
adanya penyinaran cahaya akan menyebabkan pergerakan elektron dan menghasilkan
tegangan. Demikian pula dengan Fotokonduktif (fotoresistif) yang akan
memberikan perubahan tahanan (resistansi) pada sel-selnya, semakin tinggi
intensitas cahaya yang terima, maka akan semakin kecil pula nilai tahanannya.
Sedangkan Fotolistrik adalah sensor yang berprinsip kerja berdasarkan pantulan
karena perubahan posisi/jarak suatu sumber sinar (inframerah atau laser)
ataupun target pemantulnya, yang terdiri dari pasangan sumber cahaya dan
penerima.
A. Fotovoltaic (Solar
Cell/Fotocell)
Berfungsi untuk mengubah sinar matahari
menjadi arus listrik DC. Tegangan yang dihasilkan sebanding dengan intensitas
cahaya yang mengenai permukaan solar cell. Semakin kuat sinar matahari tegangan
dan arus listrik Dc yang dihasilkan semakin besar.
Simbol Solar Cell:
Bahan pembuat solar cell adalah silicon, cadmium
sullphide, gallium arsenide danselenium.
Gambar penampang solar cell :
Depletion layer adalah pertemuan
antara substrat tipe P dan subtrat tipe N.
Prinsip kerja: Bila cahaya jatuh pada
solar cell, depletion layer akan berkurang dan elektron berpindah melalui
hubungan “pn”. Besarnya arus yang mengalir sebanding dengan perpindahan
elektron yang ditentukan intensitas cahayanya
B. Fotoconductiv
Berfungsi untuk mengubah
intensitas cahaya menjadi perubahan konduktivitas. Kebanyakan komponen ini
erbuat dari bahan cadmium selenoide atau cadmium sulfide.
Tipe-tipe Fotoconductiv:
a. LDR (Light Dependent
Resistor)
Berfungsi untuk mengubah
itensitas cahaya menjadi hambatan listrik. Semakin banyak cahaya yang mengenai
permukaan LDR hambatan listrik semakin besar.
Simbol LDR :
b. Fotodiode
Berfungsi untuk mengubah
intensitas cahaya menjadi konduktivitas dioda. Fotodiode sejenis dengan dioda
pada umummya, perbedaannya pada fotodiode ini adalah dipasangnya sebuah lensa
pemfokus sinar untuk memfokuskan sinar jatuh pada pertemuan ”pn”.
Simbol Fotodiode :
Prinsip kerja : Energi
pancaran cahaya yang jatuh pada pertemuan “pn” menyebabkan sebuah elektron
berpindah ke tingkat energi yang lebih tinggi. Elektron berpindah ke luar dari
valensi band meninggalkan hole sehingga membangkitkan pasangan elektron bebas dan
hole.
c. Fototransistor
Berfungsi untuk mengubah
intensitas cahaya menjadi konduktivitas transistor. Fototransistor sejenis
dengan transistor pada umummya. Bedaannya, pada fototransistor dipasang sebuah
lensa pemfokus sinar pada kaki basis untuk memfokuskan sinar jatuh pada
pertemuan ”pn”.
Simbol Fototransistor :
2. Sensor Tekanan
Sensor Tekanan
Sensor tekanan -
sensor ini memiliki transduser yang mengukur ketegangan kawat, dimana mengubah
tegangan mekanis menjadi sinyal listrik. Dasar penginderaannya pada perubahan
tahanan pengantar (transduser) yang berubah akibat perubahan panjang dan luas
penampangnya.
3. Sensor Proximity
Sensor Proximity
Sensor proximity merupakan
sensor atau saklar yang dapat mendeteksi adanya target jenis logam dengan tanpa
adanya kontak fisik. Biasanya sensor ini tediri dari alat elektronis
solid-state yang terbungkus rapat untuk melindungi dari pengaruh getaran,
cairan, kimiawi, dan korosif yang berlebihan. Sensor proximity dapat
diaplikasikan pada kondisi penginderaan pada objek yang dianggap terlalu kecil
atau lunak untuk menggerakkan suatu mekanis saklar.
4. Sensor Ultrasonik
Sensor Ultrasonik
Sensor
ultrasonik bekerja berdasarkan prinsip pantulan gelombang suara, dimana sensor
ini menghasilkan gelombang suara yang kemudian menangkapnya kembali dengan
perbedaan waktu sebagai dasar penginderaannya. Perbedaan waktu antara gelombang
suara dipancarkan dengan ditangkapnya kembali gelombang suara tersebut adalah
berbanding lurus dengan jarak atau tinggi objek yang memantulkannya. Jenis
objek yang dapat diindera diantaranya adalah: objek padat, cair, butiran maupun
tekstil.
5. Sensor
Kecepatan (RPM)
Sensor Kecepatan (RPM)
Proses penginderaan sensor kecepatan merupakan proses kebalikan dari suatu
motor, dimana suatu poros/object yang berputar pada suatui generator akan
menghasilkan suatu tegangan yang sebanding dengan kecepatan putaran object.
Kecepatan putar sering pula diukur dengan menggunakan sensor yang mengindera
pulsa magnetis (induksi) yang timbul saat medan magnetis terjadi.
6. Sensor Magnet
Sensor Magnet
atau disebut juga relai buluh, adalah alat yang akan terpengaruh medan magnet
dan akan memberikan perubahan kondisi pada keluaran. Seperti layaknya saklar
dua kondisi (on/off) yang digerakkan oleh adanya medan magnet di
sekitarnya. Biasanya sensor ini dikemas dalam bentuk kemasan yang hampa dan
bebas dari debu, kelembapan, asap ataupun uap.
7. Sensor Penyandi (Encoder)
Sensor Penyandi
(Encoder) digunakan untuk mengubah gerakan linear atau putaran
menjadi sinyal digital, dimana sensor putaran memonitor gerakan putar dari
suatu alat. Sensor ini biasanya terdiri dari 2 lapis jenis penyandi, yaitu;
Pertama, Penyandi rotari tambahan (yang mentransmisikan jumlah tertentu dari
pulsa untuk masing-masing putaran) yang akan membangkitkan gelombang kotak pada
objek yang diputar. Kedua, Penyandi absolut (yang memperlengkapi kode binary tertentu
untuk masing-masing posisi sudut) mempunyai cara kerja sang sama dengan
perkecualian, lebih banyak atau lebih rapat pulsa gelombang kotak yang
dihasilkan sehingga membentuk suatu pengkodean dalam susunan tertentu.
8. Sensor Suhu
Terdapat 4 jenis
utama sensor suhu yang umum digunakan, yaitu thermocouple (T/C)-
lihat gambar 1.6, resistance temperature detector (RTD), termistor
dan IC sensor.Thermocouple pada intinya terdiri dari sepasang transduser
panas dan dingin yang disambungkan dan dilebur bersama, dimana terdapat
perbedaan yang timbul antara sambungan tersebut dengan sambungan referensi yang
berfungsi sebagai pembanding.Resistance Temperature Detector (RTD)
memiliki prinsip dasar pada tahanan listrik dari logam yang bervariasi
sebanding dengan suhu. Kesebandingan variasi ini adalah presisi dengan tingkat
konsisten/kestabilan yang tinggi pada pendeteksian tahanan. Platina adalah
bahan yang sering digunakan karena memiliki tahanan suhu, kelinearan, stabilitas
dan reproduksibilitas. Termistor adalah resistor yang peka terhadap panas yang
biasanya mempunyai koefisien suhu negatif, karena saat suhu meningkat maka
tahanan menurun atau sebaliknya. Jenis ini sangat peka dengan perubahan tahan
5% per C sehingga mampu mendeteksi perubahan suhu yang kecil. Sedangkan IC
Sensor adalah sensor suhu dengan rangkaian terpadu yang menggunakan chipsilikon
untuk kelemahan penginderanya. Mempunyai konfigurasi output tegangan
dan arus yang sangat linear.
- Thermokopel
Berfungsi sebagai sensor suhu rendah dan tinggi, yaitu suhu serendah 3000F
sampai dengan suhu tinggi yang digunakan pada proses industri baja, gelas dan
keramik yang lebih dari 30000F. Thermokopel dibentuk dari dua buah penghantar
yang berbeda jenisnya (besi dan konstantan) dan dililit bersama.
Prinsip Kerja :
Jika salah satu bagian pangkal lilitan
dipanasi, maka pada kedua ujung penghantar yang lain akan muncul beda potensial
(emf). Thermokopel ditemukan oleh Thomas Johan Seebeck tahun 1820 dan dikenal
dengan Efek Seebeck.
Efek Seebeck:
Sebuah rangkaian
termokopel sederhana dibentuk oleh 2 buah penghantar yang berbeda jenis (besi
dan konstantan), dililit bersama-sama. Salah satu ujung T merupakan measuring
junction dan ujung yang lain sebagai reference junction. Reference junction
dijaga pada suhu konstan 320F (00C atau 680F (200C). Bila ujung T dipanasi
hingga terjadi perbedaan suhu terhadap ujung Tr, maka pada kedua ujung
penghantar besi dan konstantan pada pangkal Tr terbangkit beda potensial
(electro motive force/emf) sehingga mengalir arus listrik pada rangkaian
tersebut.
Kombinasi jenis logam penghantar yang
digunakan menentukan karakteristik linier suhu terhadap tegangan.
Tipe-tipe kombinasi logam penghantar
thermokopel:
- Tipe E (kromel-konstantan)
- Tipe J
(besi-konstantan)
- Tipe K
(kromel-alumel)
- Tipe
R-S (platinum-platinum rhodium)
- Tipe T
(tembaga-konstantan)
Tegangan keluaran emf
(elektro motive force) thermokopel masih sangat rendah, hanya beberapa
milivolt. Thermokopel bekerja berdasarkan perbedaan pengukuran. Oleh karena itu
jika ukntuk mengukur suhu yang tidak diketahui, terlebih dulu harus diketahui
tegangan Vc pada suhu referensi (reference temperature). Bila thermokopel
digunakan untuk mengukur suhu yang tinggi makaa akan muncul tegangan sebesar
Vh. Tegangan sesungguhnya adalah selisih antara Vc dan Vh yang disebut net
voltage (Vnet).
Besarnya Vnet ditentukan dengan rumus:
Vnet = Vh - Vc
Keterangan :
Vnet = tegangan keluaran thermokopel
Vh = tegangan yang diukur pada suhu tinggi
Vc = tegangan referensi
Gambar grafik tegangan terhadap suhu pada thermokopel tipe E, J, K dan R :
Gambar di bawah ini menunjukkan beberapa thermokopel yang dihubungkan
secara seri membentuk thermopile. Thermopile ini diletakkan di titik tengah
pyrometer radiasi dan lensa yang digunakan untuk memfokuskan radiasi (pancaran
panas) agar jatuh pada thermopile.
Gambar Thermopile:
Gambar Pyrometer Radiasi:
Untuk masa sekarang thermokopel sudah dibuat dengan kemasan yang mempunyai
unjuk kerja yang lebih peka yang disebut thermopile yang digunakan sebagai
pyrometer radiasi.
Grafik hubungan suhu terhadap arus keluaran:
2.
Thermistor (Thermal Resistor/Thermal
Sensitive Resistor)
Berfungsi untuk mengubah
suhu menjadi resistansi/hambatan listrik yang berbanding terbalik dengan
perubahan suhu. Semakin tinggi suhu, semakin kecil resistansi.
Simbol Thermistor :
Konstruksi Thermistor tipe GM102 :
Thermistor dibentuk dari bahan oksida logam campuran, kromium, kobalt,
tembaga, besi atau nikel.
Bentuk Thermistor :
- Butiran
Digunakan pada suhu > 7000C dan memiliki nilai resistansi 100 Ω hingga 1
MΩ.
- Keping
Digunakan dengan cara direkatkan langsung pada benda yang diukur panasnya.
- Batang
Digunakan untuk memantau perubahan panas pada peralatan elektronik,
mempunyai resistansi tinggi dan disipasi dayanya sedang. Thermistor dibuat
sekecil-kecilnya agar mencapai kecepatan tanggapan (respon time) yang baik.
Pemakaian thermistor didasarkan pada tiga karakteristik dasar, yaitu:
- Karakteristik
R (resistansi) terhadap T (suhu)
- Karakteristik
R (resistansi) terhadap t (waktu)
- Karakteristik
V (tegangan) terhadap I (arus)
Grafik hubungan antara resistansi terhadap suhu thermistor :
3. RTD (Resistance
Temperature Detectors)
Berfungsi untuk mengubah
suhu menjadi resistansi/hambatan listrik yang sebanding dengan perubahan suhu.
Semakin tinggi suhu, resistansinya semakin besar. RTD terbuat dari sebuah
kumparan kawat platinum pada papan pembentuk dari bahan isolator. RTD dapat digunakan
sebagai sensor suhu yang mempunyai ketelitian 0,03 0C dibawah 5000C dan 0,1 0C
diatas 10000C.
Konstruksi RTD bahan platinum:
RTD terpasang pada permukaan logam:
Hubungan antara resistansi dan suhu
penghantar logam merupakan perbandingan linear. Resistansi bertambah sebanding
dengan perubahan suhu padanya. Besar resistansinya dapat ditentukan berdasarkan
rumus :
Besar resistansi pada
suhu tertentu dapat diketahui dengan rumus :
Keterangan :
R1 = resistansi pada
suhu awal
R2 = resistansi pada
suhu tertentu
Untuk menghasilkan tegangan keluaran dapat diperoleh dengan mengalirkan
arus konstan melalui RTD atau dengan memasangnya pada salah satu lengan
jembatan wheatstone.
Gambar rangkaian jembatan wheatstone dengan RTD:
Persamaan rangkaian jembatan wheatstone:
Prinsip kerja rangkaian: Bila RTD berada
pada suhu kamar maka beda potensial jembatan adalah 0 Volt. Keadaan ini disebut
keadaan setimbang. Bila suhu RTD berubah maka resistansinya juga berubah
sehingga jembatan tidak dalam kondisi setimbang. Hal ini menyebabkan adanya
beda potensial antara titik A dan B. Begitu juga yang berlaku pada keluaran
penguat diferensial.
Amplifier diferensial (penguat
diferensial) menggunakan IC op-amp yang berfungsi untuk menguatkan tegangan
keluaran dari rangkaian jembatan menjadi tegangan yang lebih besar. Jika
rangkaian jembatan pada posisi setimbang maka pada titik A dan B mempunyai
tegangan dan arus yang sama.
4.
IC LM 35
Berfungsi untuk mengubah
suhu menjadi tegangan tertentu yang sesuai dengan perubahan suhu.
Rangkaian dasar IC LM 35:
Tegangan keluaran rangkaian bertambah 10
mV/0C. Dengan memberikan tegangan referensi negatif (-Vs) pada rangkaian, sesor
ini mampu bekerja pada rentang suhu -550C – 1500C. Tegangan keluaran dapat
diatur 0 V pada suhu 00C dan ketelitian sensor ini adalah ± 10C.
Daftar Pustaka
http://electrozone94.blogspot.com/2013/08/jenis-jenis-sensor.html
http://becerdas.blogspot.com/2012/11/macam-macam-dan-cara-kerja-sensor.html
- Tipe E (kromel-konstantan)
- Tipe J
(besi-konstantan)
- Tipe K
(kromel-alumel)
- Tipe
R-S (platinum-platinum rhodium)
- Tipe T
(tembaga-konstantan)
- Butiran
- Keping
- Batang
- Karakteristik
R (resistansi) terhadap T (suhu)
- Karakteristik
R (resistansi) terhadap t (waktu)
- Karakteristik
V (tegangan) terhadap I (arus)
Langganan:
Postingan (Atom)